Pembentukan karakter sejak dini akan sangat menentukan bagaimana seseorang dalam menjalani hidupnya. Siapapun dia, apapun profesinya, ketika memiliki karakter positif, tentu akan lebih baik dari pada yang tidak memiliki karakter. Maka dari itu, penanaman karakter positif ini sangat diperlukan sejak dini agar bisa menjadi modal mereka dalam mengarungi perjalanan hidup yang sangat berat.
Membimbing anak dengan memberikannya pendidikan yang baik dapat membentuk kepribadian anak secara positif. Mereka juga akan terlatih bagaimana cara bersosialisasi dan mengatasi masalah dengan baik.. Skill problem solving ini sangat penting bagi anak karena pada dasarnya dalam kehidupan kita akan bertualang dalam mengatasi setiap rintangan yang ada.
Karakter yang kuat, berani dan tidak mudah menyerah akan sangat membantu siapapun dalam menjalani hidup. Karakter positif selalu bisa diterapkan dalam berbagai profesi, baik seorang pebisnis, pendidik, atau profesi lainnya. Seperti kita ketahui bersama bahwa yang sering menjadi masalah bangsa Indonesia ini adalah banyaknya manusia Indonesia yang tidak memiliki karakter positif sehingga dimanapun mereka berada akan selalu menimbulkan masalah dan bukan menjadi solusi dari sebuah masalah.
Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik (Insan Kamil). Tumbuh dan berkembangnya karakter yang baik akan mendorong peserta didik tumbuh dengan kapasitas dan komitmennya untuk melakukan berbagai hal yang terbaik dan melakukan segalanya dengan benar serta memiliki tujuan hidup. Masyarakat juga berperan membentuk karakter anak melalui orang tua dan lingkungannya.
Karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing), pelaksanan (acting), dan kebiasaan (habit). Karakter tidak terbatas pada pengetahuan saja, seseorang yang memiliki pengetahuan kebaikan belum tentu mampu bertindak sesuai dengan pengetahuannya, jika tidak terlatih (menjadi kebiasaan) untuk melakukan kebaikan tersebut. Karakter juga menjangkau wilayah emosi dan kebiasaan diri. Dengan demikian diperlukan tiga komponen karakter yang baik yaitu pengetahuan tentang moral, perasaan tentang moral, dan perbuatan bermoral. Hal ini diperlukan agar peserta didik atau warga sekolah lain yang terlibat dalam sistem pendidikan tersebut sekaligus dapat memahami, merasakan, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai kebajikan (moral).
Pengembangan karakter di sekolah sementara ini direalisasikan dalam pelajaran agama, pelajaran kewarganegaraan, atau pelajaran lainnya, yang proram utamanya cenderung pada pengenalan nilai-nilai secara kognitif, dan mendalam ke sedikit penghayatan nilai secara efektif. Akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata. Untuk sampai ke praksis, ada satu peristiwa batin yang amat penting harus terjadi dalam diri anak, yaitu munculnya keinginan yang sangat kuat (tekad) untuk mengamalkan nilai. Peristiwa ini disebut conatio, dan Langkah untuk membimbing anak membulatkan tekad ini disebut langkah konatif. Pendidikan karakter mestinya mengikuti langkah-langkah yang sistematis, dimulai dari pengenalan nilai secara kognitif, langkah memahami dan menghayati nilai secara afektif dan langkah pembentukan tekad secara konatif. Ki Hajar Dewantoro menterjemahkannya dengan kata-kata cipta, rasa, dan karsa.